Rabu, 20 Juli 2011

Untuk (Alm) Pak Maming


“Jangan harap kalian semua akan lulus, kalian terlalu kurang ajar untuk seorang anak sma. Tidak menghargai guru kalian sendiri, tidak bisakah kalian sepeti anak kelas XII IA 2 ? Mereka itu sudah nilai-nilai tugasnya bagus, juga sangat hormat dengan guru mereka. Tidak akan jadi berkah nantinya, kalau guru kalian terlanjur sakit hati.”

“Kalian tahu mengapa kakak kelas kalian yang duduk di Kelas Bahasa tahun lalu hampir semuanya tidak lulus ? Itu karena tidak berkah juga, mereka terlalu memandang enteng guru-gurunya. Hasilnya pas Ujian akhir sekolah, tidak ada yang lulus satupun, biarpun mereka diluluskan di Ujian Akhir Nasional.”

“Setinggi apapun nilai Ujian Akhir Nasional kalian, namun kalau kalian tidak lulus di Ujian Akhir Sekolah, sama saja nol besar. Apa kalian mau seperti mereka juga ? apa kalian semua tidak mau lulus ? Tolong diingat baik-baik kata-kata saya tadi, terima kasih selamat siang.”

Masih begitu jelas kata-kata dari (alm) pak maming, bahkan sampai sekarang tidak bisa saya lupa meskipun 3 tahun telah berlalu. Ya, itulah terahir kali saya melihat guru saya tersebut marah kepada saya dan teman-teman saya. Beliau telah berpulang, hari ini (rabu, 21 juli 2011) adalah hari keempat kepergian beliau. Tidak begitu banyak sebenarnya kenangan saya bersama beliau, ayahanda dari teman saya, dayat, adalah guru PKN saya ketika di bangku kelas 3 sma. Tak jarang kami membuat beliau marah ketika mengajar dikelas, seringkali kami membuatnya keluar dan berhenti mengajar sebelum bel pelajarannya berakhir.

Ya, itulah kelas XII IA 4. Kelas yang bagi beberapa guru merupakan kelas IPA yang paling hancur dan bobrok pada tahun itu. Kenakalan dan kebandelan kami, terkadang membuat beberapa guru gerah dan malas untuk mengajar, bahkan wali kelas kamipun, ibu rosdiana sadar akan hal tersebut bahwa kami memang susah untuk diatur.

“Kalian terlalu banyak main, terlalu banyak bercanda, selalu saja gaduh ketika jam pelajaran di kelas. Apa kalian tidak takut kalau nantinya kalian tidak akan berhasil, ingat guru-guru kalian disini adalah pengganti Kedua orang tua kalian yang ada dirumah.” Kata ibu Rosdiana.

Tak jarang saya dan beberapa teman saya kelewatan dalam menjahili (alm) pak Maming, seringkali kita tidak memperhatikan apabila beliau menjelaskan dengan membuat kegaduhan. Namun ketika beliau sudah balik, kami akan diam kembali seperti tidak ada kegaduhan yang terjadi sebelumnya. Bahkan terkadang kami melempar ke arah beliau sebuah kumpualn kertas kecil, ataupun mentertawai gaya khas beliau mengajar. Meskipun begitu, beliau tetap mau mengajar dengan andil itu sudah mandate dan kewajiban yang diberikan oleh sekolah.  Dengan alasan tidak mau hanya makan gaji buta, beliau tetap masuk di kelas dan memberikan materi. Namun saya yakin, apabila beliau diberikan pilihan, pasti beliau tidak mau mengajar di kelas kami.

Namun, terkadang kami sadar bahwa apa yang kami lakukan itu salah. Tidak jarang kami meminta maaf atau, beneran serius mendengarkan dan mengikuti jalannya Proses Belajar Mengajar. Tapi itu tidak bertahan lama, apabila ada satu orang yang memancing kegaduhan maka semuanya diluar kendali lagi.

Sekarang, hanya penyesalan dan kata maaf yang bisa terucap. Air mata mungkin sudah kering untuk menangisi kepergian beliau, rasa shock dan seolah tak percaya ketika mendapat kabar bahwa beliau telah tiada bagaikan petir di siang bolong. Namun satuhal yang saya yakinkan, bahwa beliau tetap selalu mendoakan yang terbaik buat kami (murid XII IA 4) semua. Pada saat perpisahan, beliaulah yang menangis duluan ketika berjabat tangan dengan kami. Mata yang berkaca-kaca tampak dari wajah beliau, kata maaf dan pelukan serta ciuman di tangan untuk beliau seolah menggambarkan rasa bersalah kami semua. Dengan hasil kelulusan yang kami dapat semua,  kami yakin bahwa ada campur tangan dan doa dri beliau yang selalu bersama kami. Karena meskipun beliau memarahi kami, itu semua demi kebaikan kami juga. Beliau ingin meihat kami semua berhasil.

Terima kasih pak, maafkan atas segala kesalahan kami. Selamat jalan pak, semoga jasa-jasa dan kebaikan bapak aka berguna buat di kehidupan kami kelak. Nanti, disaat kami dewasa semua, nasihat-nasihat yang dulu sering keluar dari mulut bapak, semoga bisa kami jalankan sampai kami menjadi orang yang sukses seperti yang bapak harapkan.

Sekali lagi selamat jalan pak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar